Jumat, 20 Januari 2017

Pria di Surabaya ini Jadi Buta Permanen Setelah Operasi Katarak, Duh..

Pria di Surabaya ini Jadi Buta Permanen Setelah Operasi Katarak, Duh..

Baca Juga

Harapan Tatok Poerwanto untuk sembuh dari katarak di mata kirinya sekarang menjadi sirna. Setelah dioperasi di sebuah Klinik Mata di kawasan Jemursari, pria itu justru mengalami kebutaan permanen. Kakek asal Jalan Ubi II/23 itu diduga mengalami malpraktik oleh dokter yang bertugas mengoperasinya. Kasus dugaan malpraktik ini pun langsung dilaporkan Tatok ke SPKT Polda Jatim dengan nomor laporan LPB/75/I/2016/UM/Jatim.


Dokter yang dilaporkannya adalah dr Moestidjab SpM-KVR dengan tuduhan melakukan tindak pidana penipuan dan membuat surat palsu atau memalsukan surat, memberikan keterangan palsu dalam akta otentik.

"Kasus ini juga saya laporkan ke Ikatan Dokter Indonesia (IDI)" ujar Tatok.
Kejadian itu bermula saat Tatok mendapat perawatan medis, 28 April 2016. Saat itu, Tatok ditangani oleh dr Moestidjab dan diminta untuk melakukan operasi.


”Katanya sudah banyak yang mengalami begitu (katarak),” tutur ayah tujuh anak ini. Pascaoperasi pertama, Tatok justru tidak merasakan ada perubahan yang membaik.  Yang terjadi kondisi mata bagian kian terasa nyeri dan sakit. Perawatan hanya ditutup dengan perban.

”Kata dr Moestidjab waktu itu tidak apa-apa,” sambungnya. Karena kondisinya semakin parah, Tatok disarankan untuk operasi kedua, lokasinya di RS Graha Amerta RSU Dr Soetomo. Alasan yang disampaikan kepada pihak keluarga waktu itu, peralatan di rumah sakit itu lebih lengkap.

"Saya menuruti saran dokter. Pada 10 Mei 2016 operasi dilakukan dan disini mulai ada dugaan kejanggalan dari pihak keluarga," jelasnya. Sementara itu, Condro Wiryono Poerwanto, anak korban, operasi yang awalnya dijanjikan hanya berlangsung 30 menit, mendadak molor hingga 5 jam. Setelah operasi kedua, dr Moestidjab hanya menugaskan asistennya untuk menyampaikan hasil operasi kepada pihak keluarga.

”Kami menduga dokter berupaya berkata bohong. Dokter justru minta asistennya mengatakan operasi tidak dapat dilanjutkan dengan dalih ada pendarahan. Selain itu alat tidak memadai, jadi beliau angkat tangan,” kata Condro.


Meski demikian, dr Moestidjab masih meyakinkan pada pihak keluarga dengan merujuk lokasi berobat di Singapura.  Akhirnya Condro bersama saudara lainnya membawa korban berobat ke Singapura. Ketika sampai di Singapura, lokasi yang menjadi saran dr Moestidjab ternyata tidak representatif, hanya berbentuk sebuah bangunan ruko saja. Kejanggalan yang ada itu pun membuat pihak keluarga merasa jengkel.

Apalagi, menurut keterangan menantu Tatok, Eduard Rudy Suharto, setelah dibawa ke Singapore National Eye Centre (SNEC), mata sebelah kirinya sudah mengalami kerusakan.

“Dari awal pascaoperasi pertama, dr Moestidjab tidak mengatakan kondisi sebenarnya kepada keluarga. Bukan malah membaik justru kian parah yang dirasakan,” terangnya. Hal itu baru terbongkar setelah pihak keluarga mendapatkan rekam medis hasil berobat. Yakni, kondisi mata Tatok tidak bisa ditangani, karena operasi pertama ada lensa mata yang robek. Serta pecahan katarak ternyata bertaburan di mata korban. Hingga akhirnya, Eduard mendatangi dr Moestidjab, 13 Januari 2017. 

Sudah sembilan bulan berlalu, akhirnya hasil rekam medis dari SNEC ditunjukkan.
“Awalnya dia berkilah. Sejak awal bilangnya, sudah nggak apa-apa. Begitu saya tunjukkan hasil rekam medis dari Singapura, dia langsung tertunduk,” tandas Eduard. Menurut Eduard ketika dr Moestidjab didesak, akhirnya dia mengaku bahwa ia telah berbohong.

”Alasannya saat itu gagal operasi tapi malu untuk berterus terang. Karena takut reputasinya jatuh di mata keluarga kami,” ucapnya. Sementara itu, dr Moestijab saat didatangi di klinik mata di Jalan Jemursari tidak ada di tempat. Menurut Ny Rinto, petugas resepsionis yang menemui, dr Moestijab bisa ditemui pada siang hari.
"Dokter Moestidjab sudah pulang," ungkap Ny Rinto.

Related Posts

Loading...
Pria di Surabaya ini Jadi Buta Permanen Setelah Operasi Katarak, Duh..
4/ 5
Oleh